Tata Cara Shalat Rawatib – Di dalam agama islam ini banyak sekali hal-hal yang bisa kita jadikan amalan tambahan dimata Allah, salah satunya adalah mengerjakan sunnah-sunnah nabi.
Banyak sekali sunnah-sunnah nabi mulai dari bangun tidur sampai kita tidur kembali, hampir seluruh kehidupan kita yang kita jalankan setiap harinya memiliki ibadah didalam nya jika kita niatkan dengan ikhlas dan ridho.
Dan salah satu amalan sunnah yang sering dikerjakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah shalat sunnah rawatib.
Kenapa disini saya memilih topik shalat rawatib, padahal masih ada shalan sunnah yang lain seperti dhuha, tahajud, witir dan seterusnya.
Karena sholat rawatib adalah sholat sunnah yang paling utama untuk dikerjakan, ini dikarenakan shalat rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Jadi bisa dikerjakan dengan lebih mudah.
Seperti yang saya katakan tadi shalat ini adalah salah satu shalat tambahan. Kita semua tidak mengetahui apakah shalat lima waktu kita sudah sempurna atau masih ada kekurangan.
Untuk menutupi kekurangan dalam shalat lima waktu kita nabi sangat menganjurkan untuk mengerjakan shalat rawatib ini.
Tata Cara Shalat Rawatib
Dalam pelaksanaan ataupun tata cara shalat rawatib ini sebetulnya sama saja dengan shalat sunnah yang lain.
Mulai dari takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca alfatihah, membaca surat-surat pendek pada al quran, ruku’, bangun dari ruku’, kemudian sujud, duduk diantara dua sujud dan seterusnya. Hanya saja perbedaan dalam pembacaan atau pelafalan niatnya saja.
Baca Juga: Tata Cara Shalat Istikharah
Niat Shalat Sunnah Rawatib
Seperti yang sudah saya sampaikan pada artikel sebelumnya, semua shalat itu harus memiliki niat. Karena tanpa didasari niat shalat kita tidak akan diterima.
Dalam niat ini anda bisa langsung melafalkan ataupun bisa dengan berniat dalam hati. Jika anda masih ragu dengan niat anda didalam hati sebaiknya di ucapkan.
Di niat ini juga sama seperti niat-niat shalat wajib hanya saja ada beberapa kata yang biasa anda rubah sendiri sesuai dengan keadaan apakah qobliyah ataupun ba’diyah. Berikut ini Niat shalat rawatib qobliyah dan ba’diyah:
اُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
“usholli sunnatash-shubhi rok’ataini qobliyyatan mustaq’bilal qiblati lillahi ta’ala”
“Aku niat shalat sunat sebelum shubuh 2 rakaat, dengan menghadap kiblat karena Allah ta’ala”
<
p style=”text-align: right;”>
اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
“usholli sunnatazh-zhuhri rok’ataini da’diyyatan mustaq’bilal qiblati lillahi ta’ala”
“Aku niat shalat sunat setelah dzuhur 2 rakaat, dengan menghadap kiblat karena Allah ta’ala”
Seperti itulah pembacaan niat nya, tinggal anda ganti saja sesuai keadaan apakah sebelum dzuhur atau sesudahnya, sama pula dengan setelah shalat isya tinggal anda ganti dengan keadaan anda sesudah ataupun sebelum shalat.
Jumlah Rakaat Shalat Sunnah Rawatib
Untuk jumlah rakaat dalam shalat sunnah rawatib ini ada hadist yang mengarah terhadap angka 12. Dimana ini hadist ini diriwayatkan oleh at-tirmidzi dan an-nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu’anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca Juga: Macam-macam Shalat Sunnah
Bacaan Surat Pada Shalat Rawatib
Nah, pada bacaan surat ini ada beberapa yang dianjurkan oleh nabi, sebelum (qobliyyah) dan sesudah (ba’diyyah) shalat wajib. Untuk bacaan qobliyyah yang dianjurkan oleh nabi adalah surat Al Kaafirun dan surat Al Ikhlas, Seperti hadist nabi yang berbunyi,
Dan untuk bacaan setelah atau ba’diyyah shalat wajib adalah surat Al Kaafirun dan surat Al Ikhlas, seperti yang disampaikan oleh sahabat nabi yang diriwayatkan oleh tirmidzi,
Baca Juga: Tata Cara Shalat Hajat
Tempat dan Waktu Mengerjakan Shalat Rawatib
Untuk tempat sendiri Syaikh Muhammad bin Ustaimin rahimahullah berkata:” Sudah selayak nya bagi seseorang untuk mengerjakan shalat rawatib di rumahnya sendiri.
Meskipun di mekkah dan madinah sekalipun, maka lebih utama dikerjakan dirumah dari pada di masjid Al-Haram maupun masjid An-Nabawi”. (Syarh Riyadhus sholihin) Dikutip dari muslim.or.id
Perkataan ini didasarkan dengan pengetahuan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang mana hadist itu berbunyi :
Waktu yang tepat untuk mengerjakan shalat sunnah rawatib ini juga sudah jelas sekali pastinya dilakukan tepat masuknya shalat fardhu dan juga waktu selesainya shalat fardu tersebut. ini diperjelas dengan fatwa ulama,
Keutamaan Shalat Rawatib
Banyak sekali keutamaan akan shalat sunnah rawatib ini, salah satu keutamaan nya adalah dibangunkannya rumah di surga. Seperti hadist nabi yang diriwayakkan oleh muslim :
Selain dibangunkan nya rumah di surga, shalat rawatib ini juga memiliki dua keutamaan lainnya, yaitu diharamkan baginya api neraka dan lebih baik dari dunia dan seisinya. Berikut ini hadist nabi yang menjadikan dalil dari keutamaan shalat sunnah rawatib:
Pertanyaan Seputar Shalat Rawatib
Untuk pembahasan terakhir seputar shalat sunnah rawatib yaitu tentang pertanyaan-pertanyaan yang sering membingungkan kita.
Maka dari itu saya hanya akan membahas beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para audience. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang kadang membingungkan kita :
Jika shalat shubuh berjamaah terlewatkan, mana yang kita dahulukan rawatib atau shalat shubuh ?
Dalam pertanyaan ini, ada ikhtilaf ulama mengerjakan rawatib dahulu atau shubuh. disini saya akan mencoba menjawab dengan fatwa dari ulama Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata:
Perlu difahami ini dengan catatan anda sudah tertinggal shalat berjamaah, jika anda masih bisa berjamaah maka dahulukan shalat shubuh sampai selesai.
Karena jika shalat sunnah rawatib saja yang memiliki keutamaan lebih baik dari dunia dan seisinya. Bagai mana jika shalat shubuh, tentu jauh lebih besar keutamaannya.
Lalu apa yang kita kerjakan dahulu, Qobliyyah atau Ba’diyyah ?
Nah, jika kita terlewatkan qobliyah, semisal sang imam sedang mengerjakan shalat dzuhur. Kemudian setelah shalat dzuhur yang kita kerjakan shalat sunnah rawatib ba’diyah terlebih dahulu, baru kita mengqodho’ qobliyah. ini seperti fatwa Syaikh Ibnu Ustaimin rahimahullah berkata:
Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf, sampai bertemu pada pembahasan ilmu islam lainnya. Wallahu a’lam bish-shawab