Jika, anda seorang peneliti ataupun mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, pasti kalian menjumpai yang namanya variabel penelitian.
Saya yakin sekali sebagian besar dari pembaca artikel ini adalah seorang mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan tugas sebuah penelitian.
Sebetulnya banyak sekali artikel yang sudah membahas tentang variabel penelitian ini namun saya rasa masih butuh sedikit sentuhan agar para mahasiswa bisa lebih paham “apa yang dimaksud dari variabel penelitian?”
Tidak usah panjang lebar langsung kita masuk ke point pertama.
Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan sebuah istilah yang diambil dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel sendiri memiliki arti ‘dapat berubah’. oleh karena itulah setiap variabel bisa kita bisa kita beri nilai dan juga nilai itu bisa berubah-ubah. |
Berikut pengertian variabel penelitian menurut para ahli:
Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. |
Menurut Kerlinger, variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. |
Menurut Moh. Kasiram, variabel ialah segala sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hanya satu macam), baik bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya dsb. |
Nah, dari berdasarkan penelitian-penelitian diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa:
Variabel Penelitian adalah segala sesuatu baik itu berupa attribut, nilai, sifat dari objek seperti orang ataupun kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.
Klasifikasi Variabel Penelitian
Untuk meng-klasifikasi variabel sebuah penelitian bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti berdasarkan sifat, kedudukan, skala, dan alat ukur pengumpulan datanya. Berikut ulasan lengkap dalam meng-kalsifikasikan variabel penelitian.
1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya variabel terbagi lagi menjadi 3 bagian:
A. Variabel Kategori
Variabel kategori adalah variabel yang bisa diklasifikasikan secara pilah (mutually exclusive). Salah satu contoh dari variabel yang memiliki sifat kategoris seperti:
- Jenis kelamin (laki-laki, perempuan)
- Warna kulit (putih, hitam, sawo matang)
- Status perkawinan (belum, menikah, janda/duda)
- Suku (Jawa, Sunda, Batak, Minang, dst)
B. Variabel Diskrit
Variabel diskrit merupakan variabel yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara membilang atau mencacah. Nah, dari hasil proses membilang maka data diskrit ini mempunyai satuan ukuran yang utuh, sehingga tidak memungkinkan data berupa pecahan.
Berikut contoh variabel diskrit:
- Jumlah anak
- Jumlah penduduk
- Jumlah sekolah
- Jumlah provinsi
- Jumlah murid
- Jumlah usia dan lain sebagainya.
C. Variabel Kontinun
Variabel kontinun adalah variabel yang didalam datanya terdapat dalam suatu kontinun yang diperoleh dari proses mengukur. Misalnya, seperti variabel berat badan 10kg yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Nah, dari hasil pengukuran tersebut pada dasarnya berada dalam suatu kontinun, bisa jadi 9,98 kg atau bisa juga 10,21 kg data dari variabel kontinun memungkinkan bentuk pecahan. Karena, hasil dari pengukuran berada dalam sebuah kontinun.
2. Berdasarkan Kedudukannya
Jika, berdasarkan kedudukannya variabel penelitian terbagi menjadi 2 bagian yakni:
A. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel terikat. Biasanya keberadaan variabel ini dalam penelitian menjadi variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau suatu topik penelitian.
Contohnya:
Berbagai jenis pupuk adalah variabel bebas. Karena jenis pupuk dapat dijadikan perbandingan sehingga bisa dibuat bebas oleh peneliti sperti pupuk kandang, pupuk k, dan lainsebaginya. |
B. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang mengalami perubahan karena perlakuan variabel bebas. Biasanya keberadaan variabel ini dalam penelitian sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.
Contohnya:
Prestasi adalah variabel terikat. Karena baik buruknya dipengaruhi oleh minat baca, dan lain sebagainya. Maka, minat baca adalah variabel bebasnya. |
3. Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan skalanya variabel penelitian juga terbagi menjadi 4 bagi yakni:
A. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel yang tingkat skalanya hanya memilah. Perlu anda ketahui ada dua sifat dari perbedaan nilai variabel yaitu:
- Perbedaan nilai variabel tidak memiliki makna apapun selain menjadi keperlian memberikan tanda atau label saja.
- Pebedaan nilai juga tidak memiliki sifat yang dapat diurutkan berdasarkan suatu nilai tertentu karena sifat skalanya hanya sebatas nominal saja.
Misalnya, dalam sebuah penelitian terdapat variabel jenis kelamin yang diambil datanya dengan memberikan skor 1 (satu) untuk responden laki-laki dan skor 0 (nol) untuk perempuan.
Nah, dari contoh diatas kita bisa melihat walaupun skornya lebih besar laki-laki. Tidak berarti bahwa laki-laki memiliki nilai yang lebih besar dari pada perempuan.
Jadi, perbedaan tersebut hanya untuk memberikan tanda semata.
B. Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang penerapan skornya dimaksudkan untuk mengurutkan berdasarkan nilai yang dimiliki objek dalam variabel yang telah diukur. Maka dari itu sebuah objek yang memiliki skor lebih tinggi dari yang lain dapat dikatakan memiliki nilai yang lebih daripada objek lain dalam variabel yang diukur.
Misalnya, Seorang siswa yang memperoleh nilai 95 dalam tes prestasi belajar lebih pandai dari siswa yang memperoleh nilai 85.
Beberapa hal termasuk dalam variabel yang memiliki skala ordinal seperti: kecerdasan, prestasi belajar, kreativitas, kemampuan penyesuaian diri dan lain sebagainya,
C. Variabel Interval
Variabel interval merupakan variabel yang memiliki skala dengan interval yang sama. Karena variabel ini mempunyai interval yang sama maka datanya dengan skala interval dapat dijumlahkan.
Misalnya, pada data variabel suhu sebuah benda yang memiliki suhu 40oC lalu ditambahkan 60oC maka benda tersebut memiliki suhu 100oC.
Nah, dari contoh diatas kita bisa melihat bahwa suhu merupakan variabel dengan skala interval.
D. Variabel Rasio
Variabel rasio adalah variabel yang memiliki skala tingkat lebih tinggi atau sama dengan skala interval. Jadi, variabel ini mempunyai angka 0 (nol) mutlak.
Pada variabel atau skala rasio ini jarang digunakan pada penelitian di bidang ilmu sosial, akan tetapi lebih banyak digunakan pada penelitian ilmu-ilmu eksak (pasti).
Jadi, maksud dari Nol mutlek ini tidak punya sama sekali. Contohnya, jika panjang besi diukur dari angka Nol, artinya dimulai dari titik awal dari sebuah besi karena titik ini dianggap tidak punya panjang.
Jika, penjelasan tadi masih kurang jelas bisa lihat pada penjelasan tabel berikut ini:
Skala Nominal adalah skala yang didasarkan atas penggolongan ataupun kategori. Dalam skala nominal ini terbagi menjadi dua jenis yakni: A. Diskrit (unik) yakni skala yang memiliki keistimewaan yang sangat kontras, contohnya laki-laki dan perempuan, siang dan malam. B. Mutual eklusif yakni skala yang sama-sama penting kedudukannya (tidak ada yang kebih penting) yang ada adalah perbedaan. Misalnya, Islam-Kristen-Hindu, atau dalam pekerjaan seperti Petani, Pegawai Negri, Karyawan Swasta, TNI/POLRI, dan Guru. |
Skala Ordinal adalah skala yang disusun berdasarkan jenjang atau rangking (kurang atau lebih) Misalnya: Pada skala tinggat pendidikan SD = 1, SLTP = 2, SLTA = 3, dst Pada skala perilaku Selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1 |
Skala Interval adalah skala yang dihasilkan dari pengukuran yang memiliki satuan pengukuran yang sama. Dalam skala ini nilai angka Nol (0) tidak mutlak jadi angka nol masih bermakna. Contohnya: Prestasi belajar, umur/usia, dan lainnya. |
Skala Rasio adalah skala yang secara kuantitatif memiliki angka Nol (0) mutlak. Misalnya: Pendapatan, konsumsi, investasi, harga, suhu, dan lainnya. |
4. Berdasarkan Alat Ukur Pengumpulan Datanya
Menurut alat ukur pengumpulan datanya, sebuah variabel dapat digolongkan menjadi dua bagian:
A. Variabel Faktual
Variabel faktual merupakan variabel yang alat ukurnya tidak perlu dibakukan, karena kesalahan data bukan merupakan kesalahan alat ukurnya. Misalnya bila seseorang atau responden tidak jujur dalam mengisi data tentang variabel usia, maka kesalahan tidak terletak pada alat ukurnya.
Begitupula dengan agama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, asal daerah, dan lain sebagainya merupakan variabel faktual.
B. Variabel Konsep
Variabel konsep adalah variabel yang alat ukur pengumpulan datanya harus terlebuh dahulu dibakukan sebelum digunakan untuk pengumpulan data. Hal ini deisebabkan karena kemungkinan adanya kesalahan pengumpulan data oleh alat ukur yang salah konsep.
Contohnya, data motivasi belajar bisa menjadi salah karena ada beberapa pertanyaan ataupun pernyataan yang tidak mengukur apa yang semestinya diukur (tidak valid) atau tidak memberikan hasil yang konsisten (tidak reliabel).
Contoh lain yang termasuk dalam variabel konsep yakni minat belajar, prestasi belajar, dan sikap terhadap pelajaran.
Baca Juga: Instrumen Penelitian
Jenis Variabel Penelitian
Berikut ini 9 jenis variabel penelitian yang bisa kalian pertimbangkan:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi/menjadi sebeb berubahnya variabel lain. Variabel ini juga sering disebut dengan variabel stimulus, sksougen, prediktor.
Contohnya:
“warna mobil” adalah variabel bebas yang dapat dimanipulai dan dilihat pengaruhnya terhadap “minat beli” apakah warna hitam mobil dapat menimbulkan minat beli konsumen terhadap mobil tersebut. |
Jika seorang peneliti mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya yang dicapai oleh pembelajar (B) Maka, pertanyaan atau masalah yang akan diajukan adalah “Bagaimanakah prestasi belajar yang di capai apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau sedikit?” Berdasarkan rumus penelitian diatas, banyak atau sedikitnya waktu belajar yang dipakai oleh pembelajar diidentifikasi sebagai variabel bebas yang merupakan suatu kondisi yang mendahului, yakni suatu keadaan yang di perlukan sebelum hasil yang diinginkan terjadi. |
2. Variabel Dependen (Tergantung)
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi adanya variabel bebas.
Makna lain dari variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang faktornya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.
Contohnya:
“Prestasi hasil belajar” variabel tergantungnya adalah “metode mengajar” atau bisa juga “tingkat kecerdasan” dan masih banyak lagi variabel lainnya yang dapat mempengaruhi “prestasi belajar” |
3. Variabel Tambahan
Variabel tambahan atau bahasa latinnya Extraneous Variable merupakan variabel tambahan yang kadang-kadang perlu ditinjau ulang untuk menjelaskan dan memahami suatu hubungan antara variabel yang sudah ada.
Selain itu variabel ini juga terkadang ditambahakan oleh peneliti sebagai “teks faktor” untuk membantu suatu analisis antara dua faktor lain yakni variabel indenpenden dan dependen.
Contohnya:
Dalam analisis hubungan jumlah nelayan dengan jumlah ikan yang ditangkap, maka kebenaran hubungan ini dapat diuji dengan variabel tambahan seperti iklim, modernisasi alat penangkap ikan yang digunakan dan lain sebagainya. |
4. Variabel Komponen
Variabel komponen adalah sub bagian atau komponen dari variabel yang dimaksud dalam penelitian. Biasanya uraian dari penjelasan variabel komponen tersebut menyangkut variabel dependen.
Contohnya:
Banyak atau sedikitnya perceraian dikalangan petani di daerah tertentu pada setiap musim panen, bukan disebabkan oleh faktor “panen” (Panen jenis hasil bumi tertentu atau ketepatan waktu panen dan seterusnya) |
5. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung.
Adanya variabel intervening bisa diidentifikasikan bila dalam hubungan antara variabel yang sedang diteliti tidak memperlihatkan pola yang sama pada kesempatan atau lokasi yang berlainan.
Contohnya:
“Kerajinan murid dengan prestasi hasil belajarnya” Variabel intervening pada kasus diatas yakni kesehatan, beban keluarga siswa, keadaan rumah tangga siswa. Kerajinan murid – Kesehatan – Prestasi belajarnya |
6. Variabel Pendahulu (Antecendent)
Variabel pendahulu (antecendent) merupakan variabel yang kedudukannya mendahului terjadinya variabel independen. Variabel ini juga bisa mengakibatkan perubahan pada variabel independen.
Jika variabel ini dihilangkan, maka hubungan antara variabel independen dan dependen tidak hilang atau berubah.
7. Variabel Penekan (Suppresor)
Terkadang dalam hubungan antar variabel yang sedang diteliti ternyata tidak ada atau mungkin hubungannya lemah disebabkan adanya suatu variabel yang melemahkan hubungan tersebut.
Nah, variabel yang demikian itu dalam penelitian disebut variabel suppresor atau penekan. Variabel ini sangat penting dalam suatu tindakan analisis untuk menguji suatu hipotesis.
Sehingga hipotesis tersebut bisa ditolak atas dasar hubungan variabel yang lemah.Contohnya:
Sebuah penelitian membuktikan Bahwasanya IQ seseorang tidak tergantung pada keturunan ataupun rasnya. Berbagai penelitian membuktikan ternyata hasilnya malah terjadi sebaliknya. Nah, yang menekan hubungan yang tidak ada sehingga menjadi ada hubungan, tak lain adalah faktor ekonomi dari pihak responden berbagai ras keturunan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan berbagai tes IQ yang diadakan. |
8. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan oleh peneliti sehingga pengaruh variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tergantung) tidak di pengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Jadi intinya variabel kontrol ini merupakan variabel yang dibuat sama dalam suatu penelitian (dikontrol oleh peneliti). Biasanya variabel kontrol ini berupa faktor lain diluar perlakuan yang dikenakan pada objek penelitian.
Contohnya:
“Pengaruh jenis pupuk pada tanaman maka kontrolnya adalah cahaya” atau bisa juga berupa jumlah air, jenis tanah maupun jumlah pupuk. |
9. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu (distorter) adalah variabel yang dapat mengubah arah hubungan diantara dua variabel. Misalnya, variabel independen dan dependen memiliki hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga (variabel pengganggu) hubungan kedua variabel tersebut menjadi negatif.
Baca Juga: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Jenis Variabel Berdasarkan Hubungannya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai variabel independen dan dependen supaya anda ataupun peneliti bisa lebih memahami mengenai makna dari hubungan variabel.
Maka disini saya juga akan menjelaskan juga jenis-jenis hubungan antar variabel:
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan variabel yang tidak dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel yang lain.
Contoh dari hubungan simetris seperti hubungan antara jumlah guru dengan jumlah fasilitas belajar di sebuah sekolah. Demikian pula dengan variabel jumlah fasilitas belajar tidak mempengaruhi jumlah guru di sebuah sekolah.
Selain itu dalam hubungan simetris juga terbagi menjadi 4 bagian:
A. Kedua variabel yang merupakan indikator dari konsep yang sama. Contohnya: kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelejen namun tidak bisa diartikan bahwa “karena mengerjakan cepat, maka hasilnya tepat”. |
B. Kedua variabel yang merupakan akibat dari suatu faktor yang sama. Contohnya: “meningkatnya suatu pelayanan kesehatan dibarengi dengan bertambahnya jumlah pesawat udara” Pada dua variabel tersebut tidak saling mempengaruhi , namun keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan. |
C. Kedua variabel yang saling berkaitan secara fungsional. Contohnya: “Dimana ada guru disana ada murid” |
D. Hubungan yang kebetulan semata-mata. Contohnya: “seorang bayi ditimbang dan esok harinya ia meninggal”. Berdasarkan kepercayaan kedua variabel tersebut dianggap berkaitan, namun didalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang. |
2. Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik atau resiprokal adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya.
Perlu kita ingat, bahwa maksud dari hubungan timbal balik disini bukan lah hubungan yang tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan akibat.
Akan tertapi maksud dari hubungan timbal balik adalah apabila pada suatu waktu variabel X mempengaruhi variabel Y, sedangkan pada waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X.
Contohnya:
“Penanaman modal mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal”. Intinya “variabel terpengaruh dapat menjadi variabel pengaruh”. |
Baca Juga: Cara Membuat Kerangka Konseptual
3. Hubungan Variabel Asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan antar variabel, dimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya, namun sifatnya tidak timbal balik atau tidak saling dipertukarkan.
Dalam hubungan variabel asimetris ini terdapat 6 (enam) bagian, yakni:
A. Hubungan antara stimulus dan respon. |
B. Hubungan antara disposisi dan respon. |
C. Hubungan antara diri individu dan disposisi atau tingkah laku. |
D. Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu. |
E. Hubungan yang imanen antar dua variabel. |
F. Hubungan antar tujuan (ends) dan cara (means) |
Salah satu contoh hubungan asimetris yakni, hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.