Model Pembelajaran

model pembelajaran kooperatif

Model Pembelajaran – Hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia sehari-harinya tidak pernah lepas dengan yang namanya kegiatan belajar. Kegiatan ini juga tidak memiliki patokan baik usia, tempat, dan waktu.

Sebab seseorang selalu di tuntut untuk bisa melakukan perubahan terhadap dirinya masing-masing sehingga kegiatan belajar ini tidak akan pernah berhenti.

Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan dari proses belajar adalah dengan pengembangan model pembelajaran. Yang mana dengan menerapkan model ini bisa meningkatkan intensitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Nah, pada artikel ini akan dibahas beberapa model pembelajaran serta strategi dalam menerapkan model pembelajaran tersebut.

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah sebuah pola ataupun rangkaian penyajian materi yang digunakan oleh guru meliputi segala aspek baik itu sebelum dan sesudah pembelajaran serta segala fasilitas yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung.

Model Pembelajaran Menurut Para Ahli
Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar sehingga guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri.

Contoh Model Pembelajaran

Pada dasarnya model pembelajaran ini terbagi menjadi 2 bagian, yakni model pembelajaran koopertatif dan juga problem based learning.

Seiring berjalannya waktu banyak sekali pakar dan ahli yang mengembangkan model pembelajaran sehingga banyak sekali contoh yang bisa di sesuaikan dengan keadaan pengajar maupun peserta didik.

Berikut ini beberapa contoh model pembelajaran.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok kecil agar mereka bisa saling berinteraksi.

Yang mana dalam model ini siswa diberikan dua tanggung jawab untuk dirinya sendiri dan juga membantu sesama anggota kelompoknya dalam proses pembelajaran.

Tujuan dari model pembelajaran kooperatif ini untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam membuat keputusan sebagai pemimpin dan juga memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk saling berinteraksi dan belajar bersama-sama walaupun berbeda latar belakangnya.

Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif ini memiliki 5 prinsip dasar yaitu:

  1. Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence)
  2. Tanggung jawab terhadap perseorangan (individual accountability)
  3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
  4. Keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi ( social skill)
  5. Kerjasama dalam berkelompok (group processing)

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif memiliki enam fase atau langkah dalam penerapannya. Berikut penjelasannya:

  1. Fase pertama, menyampaikan tujuan sekaligus memberikan motivasi pada sisiwa saat dimulainya pembelajaran.
  2. Fase kedua, pengajar atau guru menyajikan informasi pada sisiwa dengan cara pembacaan atau bisa juga mendemonstrasikan penerapan.
  3. Fase ketiga, guru mengorgasisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif.
  4. Fase keempat, pengajar atau guru membimbing sekaligus memberikan arahan kelompok kerja dan belajar.
  5. Fase kelima, pengajar atau guru mengevaluasi hasil kerja dan belajar tentang materi yang telah dipelajari.
  6. Fase keenam, pengajar atau guru bisa memberikan penghargaan ataupun cara lainnya yang bisa menilai hasil pembelajaran baik itu individu dan kelompok.

Variasi Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat sekitar 10 variasi yang paling sering digunakan dan bisa diterapkan pada siswa, berikut rinciannya:

1. Pembelajaran Jigsaw

Pembelajaran jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, dimana dalam pelaksanaannya pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran dirinya dan juga orang lain.

Dalam pelaksanaan model jigsaw ini guru membentuk beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Berikut video pembelajaran jigsaw.

Model Pembelajaran Jigsaw

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Jigsaw

Kelebihan:

  • Mempermudah guru dalam menerangkan materi karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
  • Materi yang disampaikan bisa merata dan juga bisa mempersingkat waktu.
  • Dapat melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Kekurangan:

  • Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
  • Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
  • Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
  • Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

2. Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif ang dikembangkan oleh R. Slavin, dimana siswa akan dikelompokkan yang beranggotakan 4-5 orang dengan campuran dari kemampuan akademik siswa yang berbeda.

Sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tnggi , sedang, dan rendah. Pada tipe STAD ini sisiwa dikelompokkan secara heterogen, kemudian siswa yang cerdas menjelaskan kepada anggota kelompoknya sampai mengerti materi.

Langkah-langkah Pembelajaran STAD

  • Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing- masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen.
  • Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
  • Secara individual atau kelompok tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
  • Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.

Berikut video praktek pembelajaran STAD

3. Pembelajaran Group Investigation

Group investigation (investigasi kelompok) adalah model belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari perbedaan kemampuan dan latar belakang yang berbeda baik dari segi gender, etnis, dan agama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen dan Kauchak dalam Harisantoso, 2005:2)

Jadi, siswa akan membentuk kelompok sendiri, lalu guru akan memberikan materi dan juga permasalahan. Kemudian setiap kelompok akan memecahkan permasalahan tersebut bisa dengan mencari data didalam kelas maupun luar kelas.

Setelah itu setiap mereka masing-masing siswa harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan topik.

4. Pembelajaran Group Resume

Model pemebelajaran Group Resume adalah jenis pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan resume atau meringkas materi pembelajaran dan dilakukan secara berkelompok.

Yang mana bentuk dari resume ini bisa berupa ringkasan materi dari buku bacaan atau buku paket yang disusun oleh setiap kelompok siswa.

Model Pembelajaran Group Resume

5. Pembelajaran Think-Pair-Share

Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015: 58), model pembelajaran Think Pair Share adalah jenis pemebelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, dimana model ini menerapkan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Prosedur yang digunakan dalam TPS ini juga memberikan siswa agar bisa lebih banyak waktu berfikir, merespon, dan juga saling membantu.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran TPS

Tahap pertama Thinking, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan.

Tahap kedua Pairing, guru meminta siswa agar berpasang-pasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama tadi.

Tahap ketiga Sharing, guru meminta kepada pasangan siswa untuk berbagi ataupun mempresentasikan dengan menjelaskan tentang apa yang telah mereka diskusikan oleh pasangan nya tadi.

6. Pembelajaran Mind Mapping

Model Pembelajaran Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, dengan menangkap berbagai pekiran dalam berbagai macam sudut pandang dan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali informasi tersebut saat dibutuhkan.

Langkah-langkah pembelajaran Mind Mapping

Pertama, guru menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai kepada siswa di awal pembelajaran. Kemudian guru mengemukakan terlebih dahulu konsep yang akan dipelajari atau permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa.

Kedua, mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil 2 sampai 3 orang saja.

Ketiga, kelompok dipersilahkan untuk berdiskusi dan tiap kelompok diarahkan untuk mencatat seluruh alternatif jawaban. Kemudian masing-masing kelompok secara acak diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.

Langkah-langkah membuat Mind Mapping

  • Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar.
  • Gunakan gambar atau foto untuk gambar sentral dan gunakan warna yang menarik.
  • Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat.
  • Buatlah garis melengkung dan gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
  • Uraikan materi yang telah diringkas kedalam cabang.
Model Pembelajaran Mind Mapping

Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping

Kelebihan dari pembelajaran Mind Mapping:

  • Mudah untuk siswa dalam menggali informasi dalam dan dari luar otak.
  • Dapat digunakan sebagai jembatan diskusi , artinya kita bisa mengembangkan mind mapping yang telah kita buat dengan mind mapping anggota kelompok lain untuk di diskusikan.
  • Cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan efisien serta bisa membuat catatan agar tidak mudah membosankan.

Kelemahan pembelajaran Mind Mapping:

  • Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang terlibat.
  • Tidak memungkinkan sepenuhnya murid belajar.

Baca Juga: Multimedia Pembelajaran

7. Pembelajaran Snowball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan sebuah permainan yang dibentuk secara berkelompok dan masing masing kelompok memiliki ketu yang akan mendapatkan tugas dari guru, dimna setiap kelompok akan membuat pertanyaan dan akan dilempar pada kelompok lain.

Penerapan Snowball Throwing

  • Tahap pertama, para siswa membentuk kelompok belajar.
  • Tahap kedua, setiap kelompok mimilih ketua kelompoknya untuk mengambil soal yang diberikan guru.
  • Tahap ketiga, setiap kelompok berdiskusi untuk mencari jawaban dari soal tersebut.
  • Tahap keempat, setiap kelompok saling bertukar pertanyaan.
  • Tahap kelima, setiap ketua kelompok mengemukakan kesimpulan yang didapat dalam diskusi tadi.
  • Setelah penerapan metode Snowball Throwing selesai guru memberikan kesimpulan materi dan menutup pembelajaran.
Model Pembelajaran Snowball Throwing

8. Pembelajaran Two Stay Two Stray

Two Stay Two Stray atau yang biasa disebut “dua tinggal, dua tamu” merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992.

Langkah-langkah pembelajaran Two Stay Two Stray

  • Pertama, guru membuat silabus dan sistem penilaian, kemudian menuiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompot terdapat 4 anggota dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa.
  • Kedua, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal, dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
  • Ketiga, guru memberikan lembar kegiatan kelompok yang berisi permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, lalu siswa mempelajarinya dalam kelompok tersebut dengan mendiskusikan masalah tersebut bersama anggota kelompoknya.
  • Keempat, 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
  • Kelima, setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal anggota tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
  • Keenam, setelah belajar menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk didiskusikan kembali dengan kelompok lainnya, kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
  • Ketujuh, tahap evaluasi dan penghargaan kelompok bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah didapatkan dengan model pembelajaran TSTS. Dimana masing-masing siswa diberi kuis yang berisi petanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi.
Pembelajaran Two Stay Two Stray

9. Pembelajaran Time Token

Model pembelajaran Time Token adalah suatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kartu-kartu untuk berbicara dan batasan waktu yang telah ditentukan.

10. Pembelajaran Debate Active

Menurut Silberman, debat aktif merupakan metode berharga untuk meningkatkan pemikiran agar siswa bisa mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri.

Langkah-langkah Debate Active

  • Pertama, guru menyusun pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontriversial yang terkait dengan mata pelajaran.
  • Kedua, guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok pro dan kontra dengan jumlah yang sama banyak.
  • Ketiga, guru membuat dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok pro dan kontra. Lalu pada setiap sub kelompok  terdiri dari siswa yang memiliki prestasi sangat baik hingga kurang baik, dengan kata lain sub kelompok dibuat heterogen.
  • Keempat, guru memerintahkan tiap kelompok untuk menyususn daftar argumen atau pendapat yang akan disampaikan pada saat debat aktif berlangsung.
  • Kelima, debat aktif dimulai dengan meminta perwakilan setiap sub kelompok menyampaikan argumen pembuka.
  • Keenam, meminta setiap sub kelimpok memberikan argumen tandingan terhadap argumen kelompok lawan. Penyampaian argumen tandingan dilakukan secara bergiliran sesuai arahan dari guru.
  • Ketujuh, apabila sudah cukup maka kegiatan debat aktif dapat dihentikan dan siswa diminta duduk melingkar sekaligus bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya.
  • Kedelapan, siswa dan guru mendiskusikan kembali persoalan yang diperdebatkan serta meminta siswa mengenali argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.

Baca Juga: Contoh Media Pembelajaran

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Berikut kelebihan dari model pembelajaran kooperatif:

  • Siswa bisa lebih mudah belajar dan tidak selalu bergantung pada guru.
  • Bisa mengmbangkan kemampuan siswa untuk menguji ide da pemahamannya sendiri.
  • Siswa bisa lebih respek terhadap orang lain dan bisa menyadari keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
  • Bisa meningkatkan motivasi siswa dan merangsang siswa untuk berfikir.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif:

  • Penilaian yang diberikan hanya didasarkan kepada hasil kelompok saja.
  • Upaya dalam mengmbangkan kesadaran berkelompok memerlukan priode waktu yang cukup panjang.

Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran Problem Based Learning atau pengajaran berdasarkan masalah adalah sebuah pendekatan yang efektif untuk proses berfikir tingkat tinggi, dimana pembelajaran ini membantu siswa untuk memperoses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri.

Pembelajaran Based Learning Menurut Para Ahli
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995)

PBL ini juga merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan sekaligus keterampilan, dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak struktur dengan baik.

Langkah-Langkah Strategi Problem Based Learning

Menurut John Dewey dalam pembelajaran PBL ini terdapat enam strategi, yaitu:

  1. Merumuskan masalah, yakni dengan mengarahkan siswa untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan.
  2. Menganalisis masalah, yakni dengan mengarahkan siswa untuk meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
  3. Merumuskan hipotesis, yaitu dengan mengarahkan siswa untuk merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
  4. Mengumpulkan data, mengarahkan siswa untuk mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan.
  5. Pengujian hipotesisi, mengarahkan siswa untuk merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
  6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, mengarahkan siswa untuk untuk menggambarkan rekomendasi yang bisa dilakukan sesuai rumusan hasil pengujuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning

Berikut ini beberapa kelebihan dari PBL:

  1. PBL ini menggunakan teknik penyelesaian permasalahan yang sangat bagus untuk siswa dalam memahami isi pelajaran.
  2. Bisa memberikan tantangan kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
  3. Bisa meningkatkan dan mengembangkan pola berpikir kritis pada siswa.
  4. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan dalam memahami permasalahan dikehidupan nyata.

Kekurangan dai PBL:

  1. Ketika siswa tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari itu sulit untuk dipecahkan, maka siswa enggan untuk mencoba.
  2. Untuk mencapai keberhasilan dalam model pembelajaran PBL ini membutuhkan waktu dan persiapan yang matang.
  3. Jika siswa tidak faham mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

Sumber Referensi:

Dananjaya, Utomo.2012. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa.
 
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
 
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.