Menguasai Penilaian: Fungsi & Faktornya

Dalam dunia audit, penilaian atau judgement merupakan komponen krusial yang mempengaruhi kualitas dan kredibilitas laporan audit. Penilaian ini bukan sekadar opini, melainkan pendapat yang didasari fakta dan bukti empiris yang dikumpulkan selama proses audit. Ketepatan penilaian auditor sangat penting karena berdampak langsung pada informasi yang disampaikan kepada pemangku kepentingan.

Auditor dituntut untuk objektif dan teliti dalam memberikan penilaiannya. Mereka harus mampu menginterpretasi data dan bukti yang ada untuk mencapai kesimpulan yang akurat dan relevan. Proses penilaian ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman, pengetahuan, dan tekanan eksternal.

Pengertian Asas Dasar Penilaian dalam Audit

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan asas dasar penilaian sebagai suatu pendapat yang didasarkan pada fakta dan bukti yang telah ditemukan. Penilaian ini mempertimbangkan aspek-aspek tersirat dalam informasi yang dikumpulkan.

Sebagai contoh, penilaian auditor terhadap kualitas sistem pengendalian internal perusahaan merupakan salah satu bentuk asas dasar penilaian. Penilaian tersebut akan memengaruhi cara auditor merencanakan dan melaksanakan audit lebih lanjut.

Dalam praktik audit, asas dasar penilaian merupakan kebijakan auditor dalam memberikan opini atas informasi yang ditemukan. Opini tersebut bisa berupa ide, gagasan, atau estimasi mengenai objek audit. Auditor harus memastikan informasi yang disampaikan akurat dan berlandaskan kebenaran.

Keakuratan informasi sangat penting karena akan memengaruhi validitas kesimpulan audit. Integritas dan kejujuran auditor menjadi kunci agar proses penilaian berjalan obyektif dan tidak memihak.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Asas Dasar Penilaian

Beberapa faktor eksternal dan internal dapat memengaruhi penilaian auditor. Pemahaman atas faktor-faktor ini penting agar auditor dapat bersikap lebih objektif dan mengurangi bias dalam pengambilan keputusan.

Pengalaman Auditor

Pengalaman merupakan aset berharga bagi seorang auditor. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki, semakin baik pula kemampuan auditor dalam menganalisis informasi dan mengambil keputusan yang tepat.

Auditor yang berpengalaman cenderung lebih mampu mengidentifikasi potensi masalah dan risiko dalam audit. Mereka juga lebih terampil dalam menerapkan prosedur audit yang efektif dan efisien.

Pengetahuan Auditor

Pengetahuan yang memadai merupakan kunci keberhasilan dalam audit. Auditor harus menguasai berbagai bidang, seperti General Auditing, Functional Area, Computer Auditing, Accounting Issue, Specific Industri, General World Knowledge, dan Problem Solving Knowledge.

Penguasaan atas pengetahuan tersebut akan membantu auditor dalam mendeteksi dan mengevaluasi potensi kesalahan atau kecurangan. Pengetahuan yang luas juga membantu auditor memahami konteks bisnis klien dengan lebih baik.

Tekanan Ketaatan

Tekanan dari atasan atau klien dapat memengaruhi independensi dan objektivitas auditor. Tekanan ini dapat berupa permintaan untuk mengabaikan temuan audit yang tidak menguntungkan atau untuk memanipulasi laporan audit.

Auditor harus mampu menolak tekanan tersebut dan mempertahankan integritas profesionalnya. Keberanian untuk menolak tekanan yang tidak etis merupakan bagian penting dari tanggung jawab seorang auditor.

Kompleksitas Tugas

Tugas audit yang kompleks dapat menyulitkan auditor dalam melakukan penilaian. Kompleksitas ini bisa berkaitan dengan struktur organisasi klien, sistem akuntansi yang rumit, atau lingkungan bisnis yang dinamis.

Auditor harus memiliki kemampuan analitis dan pemecahan masalah yang kuat untuk mengatasi kompleksitas tersebut. Penggunaan teknologi dan alat bantu audit juga dapat membantu dalam mempermudah tugas auditor.

Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Relevan dalam Penilaian Audit

Penilaian auditor tidak berdiri sendiri, tetapi berintegrasi dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pemahaman atas prinsip-prinsip ini penting agar auditor dapat melakukan penilaian secara konsisten dan sesuai dengan standar.

Prinsip Biaya (Cost Principles)

Prinsip biaya historis selama ini menjadi dasar pencatatan aset dan kewajiban. Namun, dampak perubahan nilai sering kali diabaikan.

Saat ini, nilai wajar (fair value) semakin dipertimbangkan, karena dianggap lebih relevan dalam menggambarkan nilai aset dan kewajiban serta memberikan gambaran yang lebih baik tentang prospek arus kas di masa mendatang.

Prinsip Pendapatan (Revenue Principles)

Laba bersih merupakan selisih antara pendapatan dan beban, ditambah atau dikurangi dengan keuntungan atau kerugian lainnya. Pengakuan pendapatan umumnya dilakukan pada saat titik penjualan.

Namun, dalam beberapa kasus, pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada tahap produksi (misalnya, metode persentase penyelesaian proyek), akhir produksi, atau saat kas diterima (misalnya, penjualan kredit).

Prinsip Penandingan (Matching Principles)

Prinsip penandingan mengharuskan beban yang terkait dengan penciptaan pendapatan dilaporkan pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan tersebut.

Ada dua metode pencatatan: cash basis dan accrual basis. Cash basis mencatat pendapatan dan beban saat kas diterima atau dibayarkan. Accrual basis mencatat pendapatan dan beban saat terjadi, terlepas dari penerimaan atau pengeluaran kas.

Jenis-Jenis Audit

Audit diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, masing-masing dengan fokus dan tujuan yang berbeda.

Audit Operasional

Audit operasional berfokus pada efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Bukti yang dikumpulkan dibandingkan dengan standar dan kebijakan perusahaan.

Hasil audit berupa rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.

Audit Ketaatan

Audit ketaatan bertujuan untuk menilai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, prosedur, atau regulasi yang berlaku.

Hasil audit dilaporkan kepada manajemen untuk menunjukkan tingkat kepatuhan perusahaan.

Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan berfokus pada kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK, IFRS, dan GAAP.

Hasil audit berupa opini audit yang menyatakan apakah laporan keuangan tersebut wajar disajikan sesuai dengan standar yang berlaku.

Tujuan Audit dalam Melakukan Asas Dasar Penilaian

Penilaian auditor didorong oleh beberapa tujuan spesifik dalam audit, untuk memastikan kualitas laporan keuangan.

Kelengkapan (Completeness)

Memastikan semua transaksi telah dicatat dalam jurnal.

Ketepatan (Accuracy)

Memastikan transaksi dan saldo perkiraan telah dicatat dengan jumlah dan perhitungan yang benar.

Eksistensi (Existence)

Memastikan aset dan kewajiban yang tercatat benar-benar ada.

Penilaian (Valuation)

Memastikan prinsip akuntansi yang berlaku umum diterapkan dengan benar.

Klasifikasi (Classification)

Memastikan transaksi diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan.

Ketepatan Waktu (Cut-off)

Memastikan transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi dicatat dalam periode yang tepat.

Pengungkapan (Disclosure)

Memastikan saldo akun dan persyaratan pengungkapan disajikan dan dijelaskan dengan wajar.

Prinsip-Prinsip Auditor

Auditor harus memiliki kualitas pribadi yang tinggi dan menjunjung prinsip-prinsip profesionalisme.

Kompetensi dan Kemampuan yang Sesuai

Auditor harus memiliki kompetensi dan kemampuan yang dibutuhkan melalui pendidikan formal, pengalaman, dan pelatihan profesional berkelanjutan.

Mematuhi Etika

Auditor harus mematuhi kode etik dan standar profesional untuk menjaga independensi dan objektivitas.

Mempertahankan Skeptisisme Profesional

Auditor harus mempertahankan skeptisisme profesional dan melakukan penilaian kritis terhadap bukti audit.

Mereka harus waspada terhadap potensi salah saji material, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Kesimpulannya, asas dasar penilaian merupakan bagian integral dari proses audit yang memerlukan keahlian, pengalaman, dan integritas tinggi dari seorang auditor. Proses penilaian yang cermat dan obyektif akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan kredibel, memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi pemangku kepentingan.

Hanya manusia biasa yang senang berbagi ilmu melalui tulisan.